Dampak Perang Dagang AS–Tiongkok terhadap Industri Sawit Indonesia

By Agritanimas Farmer - 2025-04-19

harga sawit akibat tarif trump 2025

Medan, 19 April 2025 – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang kembali memanas pada April 2025 memberikan dampak signifikan terhadap industri kelapa sawit di Indonesia. Kebijakan tarif yang diberlakukan AS terhadap minyak sawit Indonesia telah memengaruhi pasar ekspor dan harga di dalam negeri.

Dampak Negatif Perang Dagang

Pada April 2025, AS menetapkan tarif impor sebesar 32% terhadap minyak sawit asal Indonesia. Kebijakan ini berdampak pada penurunan volume ekspor ke pasar AS, sekaligus memicu peralihan konsumen AS ke minyak nabati alternatif seperti minyak kedelai.

Penurunan ekspor tersebut turut menekan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di dalam negeri. Di Sumatera Utara, harga TBS untuk periode 16–22 April 2025 turun menjadi Rp 3.657 per kg, dari pekan sebelumnya yang berada di level Rp 3.686 per kg.

Peluang Positif dari Perang Dagang

Di sisi lain, ketegangan antara AS dan Tiongkok juga membuka peluang baru. Tiongkok mulai mengurangi impor kedelai dari AS dan beralih ke minyak kelapa sawit sebagai alternatif. Ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas ekspor CPO ke pasar Tiongkok.

Selain itu, Harga Referensi (HR) CPO untuk April 2025 mengalami kenaikan menjadi US$961,54 per metrik ton, naik sebesar 0,74% dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari pasar Tiongkok dan India.

Kesimpulan

Perang tarif AS–Tiongkok membawa dampak ganda bagi industri kelapa sawit Indonesia. Meski ekspor ke AS melemah akibat tarif tinggi, permintaan dari Tiongkok memberikan peluang baru yang bisa dimanfaatkan. Pemerintah bersama pelaku industri diharapkan mampu memperkuat hubungan dagang dan melakukan diversifikasi pasar untuk menjaga stabilitas industri sawit nasional.

Sumber: InfoSawit, Detik, Kompas, dan Bisnis.com